KomtekBlog - Bayangan yang selalu aku temukan dalam setiap hembusan nafas yang selalu hadir di siang dan malam.
Bagaimanakah mengobati rindu yang tersirat yang kian hari makin menjadi candu?
Sedangkan obat merindu adalah dengan bertemu.
Lalu bagaimana bagi si pecandu rindu didalam diam?
Apakah dia hanya bisa menunggu keajaiban datang?
Sehingga dia bisa bersua atau hanya bisa memedam rindu hingga rindu itu membusuk?
Ibarat dedaunan yang meranggas dan akhirmya membusuk lalu hilang menjadi debu.
Apakah begitu?
Entahlah!
Hanya sebuah harapan yang selalu menempel di dalam raga pecandu rindu yang selalu bersembunyi didalam semak-semak doa.
Berharap bisa bertemu sang pujaan walaupun hanya disela-sela mimpinya.
Disaat raga tak sanggup menahan guncangan rindu yang kian hari makin menjadi candu.
Bibirpun sulit terbuka untuk menjelaskan apa yang sebenarnya dirasakan oleh hati.
Merasa tidak lagi menemukan kata yang tepat untuk menjelaskan dan menggambarkan gelora yang begitu berkecamuk dalam hati.
Rasanya aku sudah begitu terlena dalam rasa ini.
Haruskah aku menjadi Siti Khodijah yang berani mengungkapkan isi hatinya kepada Baginda Nabi SAW atau menjadi Siti Fatimah yang mencintai Sayyidina Ali secara diam-diam?
Bahkan syaitan pun tak mengetahuinya.
Ataukah aku harus menjadi Siti Zulaikha?
Yang mendapatkan cinta Nabi Yusuf dengan cara mendekatkan diri kepada Allah untuk mendapatkan cinta sang pujaan.
Penulis : Yunda Ayu andila
0 comments:
Post a Comment